Di tengah derasnya laju pembangunan dan rencana pendirian kawasan industri di Kecamatan Kadipaten, keberadaan hutan diklat seluas 146 hektare menjadi harapan terakhir dalam menahan laju emisi karbon dan memitigasi dampak pemanasan global. Sabtu (19/7/2025). Kepala Balai Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (P2SDM) Wilayah IV Kadipaten, Iman Santoso, menegaskan bahwa keberadaan hutan tersebut bukan hanya simbol edukasi, tetapi telah terbukti secara signifikan berperan dalam menyerap emisi karbon di wilayah Kadipaten. “Secara teori kalau kita menghitung pemanasan global, kan ada emisi karbon. Dari luas 146 hektare hutan diklat itu, jika dibandingkan dengan luas Kecamatan Kadipaten, hanya 7 persen. Tetapi, sumbangsihnya dalam menyerap emisi karbon mencapai 44,6 persen,” ujar Imam saat ditemui di kawasan Balai P2SDM, Senin 21 Juli 2025.
Iman menyampaikan bahwa data ini menjadi alarm penting sekaligus argumen kuat bahwa perlindungan terhadap kawasan hutan harus menjadi prioritas, terutama di wilayah yang akan menjadi titik tumbuh kawasan industri baru.
Pemanasan global itu keniscayaan. Oleh karena itu, peran hutan sangat penting untuk mengurangi emisi karbon. Kita harus menjaga hutan, apapun kondisinya. Karena faktanya, hutan jauh lebih efektif dalam menyerap karbon dibandingkan lahan sawah ataupun kebun,” tegasnya. Selain menyerap emisi, hutan juga terbukti berfungsi sebagai pelindung alami dari bencana. Imam mencontohkan kejadian angin puting beliung yang sempat menerpa wilayah Gandasari, Kadipaten, belum lama ini.
“Kemarin itu, anginnya luar biasa. Kalau tidak ada hutan di Gandasari, mungkin rumah-rumah di sana bisa habis disapu angin. Tapi karena ada hutan, yang tumbang hanya pohon-pohonnya saja. Ini bukti nyata fungsi ekologis hutan,” jelasnya.*** Berita Pilihan Asuransi jiwa